UVJF 2025: Jazz, Alam, dan Perlawanan pada Plastik Sekali Pakai
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, GIANYAR.
Festival musik jazz paling idealis di Indonesia, Ubud Village Jazz Festival (UVJF), kembali digelar tahun 2025 dengan visi yang makin mengakar: memuliakan jazz, merangkul talenta muda, dan merawat bumi.
Tahun ini, UVJF mengusung tema “Langit & Bumi”, yang diwujudkan dalam konsep ruang Nyegara Gunung, penggabungan filosofi langit dan tanah khas Bali.
Festival akan dipusatkan di dua panggung utama: Stage Giri (simbol langit dan udara) dan Stage Subak (simbol tanah dan alam). Konsep ini diperkuat kolaborasi artistik bersama komunitas layang-layang Kite Community.
“UVJF bukan sekadar festival musik. Ini adalah panggung perjuangan untuk menjaga kualitas udara dan menekan limbah plastik. Kami hentikan penggunaan gelas plastik dan kertas, menggantinya dengan sistem deposit cup dan refill tumbler pay-as-you-wish,” ungkap Klick, arsitek dan desainer konsep UVJF 2025, Jumat (25/7/2025).
Sementara itu, General Manager Sthala Ubud Bali, Lasta Arimbawa, menegaskan komitmen Sthala sebagai tuan rumah UVJF yang sudah berjalan tiga tahun.
“Kali ini kami memilih Teroemboe sebagai lokasi press call, karena mudah diakses dan memiliki standar internasional yang sesuai dengan semangat UVJF," katanya.
UVJF juga kembali memberi ruang bagi talenta lokal. “Tahun ini kami hadirkan Mahanada, musisi muda berbakat berusia 15 tahun, serta vokalis jazz Gayatri, hingga musisi senior Boggie Prasetyo dari Jazz Traveler,” ujar Yuri Mahatma, Co-founder UVJF.
Boggie yang telah tampil sejak 2014 menegaskan, UVJF konsisten menjaga idealisme: tetap jazz, bukan campuran genre. Itu yang membuat festival ini layak diperjuangkan.
Anom Darsana, co-founder lainnya, menyampaikan tak pernah mencari untung dari festival ini. "Kami jalan terus, berdarah-darah sejak awal, tapi semangat kami tetap menyala," ucapnya.
Dirojua menyampaikan, target pengunjung UVJF 2025 mencapai 3.400 orang, naik 20% dari tahun sebelumnya. Semua kamar di Hotel Sthala telah terisi penuh.
"Ini membuktikan satu hal: di Ubud, jazz bukan hanya musik tapi gerakan yang hidup dan tumbuh bersama alam dan komunitas," pungkasnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/aga