Komisi IV DPRD Gianyar menyatakan dukungan penuh terhadap rencana pembangunan rumah singgah bagi siswa disabilitas oleh SLB 1 Negeri Gianyar bekerja sama dengan sebuah yayasan non-profit.

Rumah singgah tersebut rencananya akan dibangun di atas lahan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar. Dukungan ini disampaikan langsung oleh Ketua Komisi IV DPRD Gianyar, Putu Gde Pebriantara, usai menerima audiensi dari pihak SLB 1 Negeri Gianyar.

Audiensi ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi IV, Dewa Agung Pastika alias Degung Melayang. Sebelumnya, Komisi IV telah melakukan monitoring dan evaluasi (monev) ke lapangan bersama sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Hasil monev tersebut menjadi dasar kuat bagi Komisi IV untuk mendorong realisasi rencana pembangunan rumah singgah yang dinilai sangat dibutuhkan.

“Rumah singgah ini sangat perlu. Kami sudah melakukan monev dan memang cukup banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan tempat tinggal sementara karena berasal dari daerah yang jauh,” ujar Pebriantara, politisi asal PDI Perjuangan tersebut.

Ia menambahkan, hasil monev itu telah dibahas dalam rapat internal Komisi IV dan menghasilkan keputusan yang akan diserahkan kepada Ketua DPRD Gianyar. Keputusan tersebut diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi DPRD dalam mendukung kebijakan Pemerintah Daerah.

Senada dengan itu, Wakil Ketua Komisi IV, Dewa Agung Pastika, menyampaikan bahwa keberadaan rumah singgah akan sangat membantu siswa dan para orang tua, khususnya yang kesulitan antar-jemput setiap hari.

“Kami di Komisi IV akan berupaya maksimal mengawal dan memperjuangkan agar rencana ini terealisasi. Nantinya, pimpinan DPRD bersama Komisi akan berkoordinasi langsung dengan Bupati Gianyar,” ujar Pastika.

Dalam kesempatan audiensi tersebut, pihak sekolah juga menyampaikan harapan agar Komisi IV dapat mendukung kegiatan outing class bagi siswa. Menanggapi hal ini, baik Pebriantara maupun Pastika menyatakan siap membantu secara sukarela.

Sementara itu, Ahli Muda Bidang SDM SLB 1 Negeri Gianyar, Wayan Rutawan, mengungkapkan banyak siswa yang berasal dari wilayah yang cukup jauh seperti Payangan, Tegalalang, Ubud, dan Batubulan. Kondisi ini menjadi kendala tersendiri bagi orang tua dalam hal antar-jemput.

“Setiap tahun kami melakukan evaluasi, dan memang banyak siswa yang berasal dari jauh. Dalam seminggu, orang tua bisa mengantar anaknya ke sekolah hingga enam kali. Karena itu, kami berpikir untuk membangun rumah singgah yang akan dikelola oleh yayasan,” jelas Rutawan.