Kayu Ratusan Tahun Membelah Sungai Perbatasan Karangasem-Bangli, Dipercaya Taru Pancer Jagat
beritabali/ist/Kayu Ratusan Tahun Membelah Sungai Perbatasan Karangasem-Bangli, Dipercaya Taru Pancer Jagat.
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, KARANGASEM.
Batang kayu misterius berukuran cukup besar melintang di bantaran Sungai Jinah di wilayah Banjar Pedukuhan, Desa Rendang, Kecamatan Rendang perbatasan antara wilayah Kabupaten Karangasem dengan Bangli.
Kayu tersebut diperkirakan sudah berusia ratusan tahun, karena menurut salah seorang tokoh setempat, Jero Mangku Keten, tidak ada yang tahu secara pasti sejak kapan kayu itu berada disana serta dimana ujung dan pangkal dari kayu tersebut, karena posisi kayu sudah ditemukan seperti itu oleh para tetua di sana.
"Mungkin usia kayu ini sudah ratusan tahun, dari cerita penglingsir katanya kayu sudah ada saat kejadian Gejor. Umur saya sekarang 70 tahun dan dulu juga mendengar ceritanya dari pengelingsir tentang kayu ini," kata Jero Mangku Keten saat menunjukkan lokasi kayu tersebut, Rabu (10/7/2024).
Secara visual, kayu tersebut terlihat berwarna hitam dan nampak lapuk. Dari sisi ukuran diameter kayu memang terlihat cukup besar dan melintang tepat di aliran sungai, yang kata warga merupakan batas antara Kabupaten Karangasem dengan Kabupaten Bangli.
Sejumlah tokoh spiritual pun dikatakan pernah datang kesana termasuk asisten Guberur Bali, periode tahun1998-2008, Dewa Made Beratha. Saat itu, lanjut Mangku Keten, asisten Dewa Beratha mengatakan bahwa nama kayu tersebur adalah Taru Pancer Jagat.
"Beliau mengatakan bahwa kayu ini namanya Taru Pancer Jagat, kalau kami disini tidak tau secara pasti apa kegunaan atau khasiat dari kayu ini, tetapi kemungkinan secara spiritual energi kayu ini erat kaitannya dengan kewibawaan seperti nama yang dikatakan," ungkap Mangku Keten.
Ia juga mengatakan, orang yang datang kesini justru kebanyakan dari luar Banjar Pedukuhan, seperti dari wilayah Selat, Klungkung dan wilayah lainnya. Mereka datang ada yang untuk melukat maupun keperluan spiritual lainnya. Bahkan ada juga yang sampai menghaturkan bangunan pelinggih di areal kayu tersebut.
Selain itu, ada juga yang datang ke lokasi taru pancer jagat ini karena panggilan alam atau mendapatkan pawisik. Bahkan ada juga yang mencari potongan kayu untuk dibawa pulang, namun pernah juga ada orang yang datang untuk mengembalikan potongan kayu yang sebelumnya sempat diambil.
Editor: Robby
Reporter: bbn/krs