search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemprov Perkuat Dugaan Omicron Sudah Masuk Bali
Senin, 31 Januari 2022, 15:35 WITA Follow
image

bbn/Antara/Pemprov Perkuat Dugaan Omicron Sudah Masuk Bali.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Pemerintah Provinsi Bali mengumumkan Covid-19 varian Omicron telah tersebar di Bali. Dugaan tersebut melihat karakteristik penyebaran covid-19 yang begitu cepat, namun dengan gejala yang relatif ringan.

 

Hal tersebut sempat diucapkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster, dalam sebuah rapat persiapan Bali sebagai tuan rumah ajang internasional terkait pengurangan risiko bencana, belum lama ini. 

Kendati demikian, PLT Kadis Kesehatan Provinsi Bali, Made Rentin, belum bisa memastikan hal tersebut lantaran di Bali belum memiliki lab yang menunjang untuk deteksi varian omicron.

"Untuk memastikan itu, kami di Dinas Kesehatan tentu tidak bisa berdiri sendiri. Di satu sisi tidak punya kompetensi di bidang itu, di sisi lain alat lab kita belum menunjang pemeriksaan Omicron," terangnya, Senin (31/1/2022) saat ditemui di kantornya di Jalan Melati, Denpasar. 

Alat pendeteksi omicron yakni whole genome sequencing (WGS), yang saat ini baru dimiliki oleh Litbang Kementerian Kesehatan. Saat ini Bali hanya mampu melakukan tes PCR biasa. 

"Namun ada tes PCR lanjutan yang bernama SGTF, kita bisa lakukan itu. Ketika SGTF sudah positif, indikasi mengarah ke omicron sudah ada. Cuman untuk memastikan, sampelnya tetap kita kirim ke Litbang Kementerian Kesehatan," sambungnya.

 

Lebih dalam tentang kehadiran Omicron di Bali dengan jumlah kasus yang terus, Rantin mengatakan secara kasat mata adalah sebuah keyakinan bahwa kasus-kasus terakhir ini merupakan varian Omicron yang telah tersebar di Bali. 

 

Namun di tengah peningkatan kasus Covid- 19 belakangan ini, dia menerangkan bahwa tingkat keparahan relatif rendah. Hal itu ditandai dengan keterisian kamar dan tempat tidur di rumah sakit rujukan yang hanya 13,8% atau 14% pasien dari total tambahan kasus yang dirujuk ke rumah sakit.

Sementara 14% dari jumlah tersebut menjalani isolasi terpusat karena tergolong tanpa gejala. 

"Jadi tingkat keterisian di rumah sakit rujukan sementara ini masih rendah, kita syukuri," pungkasnya.

Reporter: bbn/dps



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami