Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Sentil Generasi Muda Ogah Bertani

Senin, 30 Juli 2018, 13:25 WITA Follow
Beritabali.com

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. I Gede Tilem Pastika selaku pembina Komunitas Seni Gagutuk Menur mengatakan dasar budaya kita tak hanya kesenian, melainkan juga agraris. Dia menyadari bahwa generasi muda kian menjauh dari pertanian yang sebenarnya cukup menjanjikan.
 
[pilihan-redaksi]
Garapan bertajuk Wong Tani yang berupa dramatari ini berusaha menyentil generasi muda yang kian ogah untuk menggiatkan pertanian negeri ini. “Ingin menyentil tentang keberadaan lahan di Bali yang sekarang sudah mulai menipis karena ulah orang tak bertanggung jawab,” ujar Tilem. 
 
Wong Tani sendiri mengisahkan seorang pria yang menjadi juragan tanah dan mempunyai tanah luas yang digarap oleh petani se-desanya. Akan tetapi salah seorang anaknya ingin menjual karena tidak ingin untuk bertani kembali. “Dia sebagai generasi muda tidak mau bertani, itu juga menandakan bahwa generasi muda sekarang lebih memilih kerjaan diluar bidang agraris,” ungkap Tilem menambahkan. 
 
Tilem pun menambahkan bahwa nantinya si anak juragan tanah itu dengan teganya mencuri sertifikat tanah ayahnya dan menjualnya ke investor. Nantinya, terjadi sebuah hukum karma yang mengambil hukum secara sekala niskala. Dimana sebuah karma yang berlaku di sekala (nyata) itu dibayar secara niskala. 
 
“Dalam artian lepetan ke sengkalen jadi segala sesuatu yang bersifat niskala di tanah itu ya tidak setuju dengan si penjual. Nantinya dia diganggu gamang-gamang (makhluk penghuni tanah) dan di penjual itu disembunyikan gamang dan penduduk berusaha mencari dia,” terang Tilem.
 
Melibatkan 70 anggota komunitas, garapan ini pun beres dalam waktu kurang dari 3 (tiga) bulan. Sebagai pembina, Tilem pun menuturkan bahwa sulit sekali untuk mengumpulkan para pemain agar dapat latihan bersama. Tak hanya Tilem, Ida Bagus Dwi Prayoga yang mengemban tanggung jawab sebagai ketua komunitas pun turut merasakan hal yang sama. 
 
“Rata-rata ini masih muda semua, jadi sungguh sulit untuk melunakkan ego mereka masing-masing,” terang Gus Dwik. 
 
[pilihan-redaksi2]
Namun, itu semua dapat teratasi dengan saling menguatkan satu sama lain. Garapan Dramatari kolaborasi ini menggaet beberapa pihak seperti Puri Keramas Tangeb, Sekdut Bali, dan Sanggar Mangu Samcaya. Dengan penata garapan yakni I Gede Angga Arisandi dan Ida Bagus Dwi Prayoga, pembina yakni I Gede Tilem Pastika dan I Putu Tommy Pramana Sukma. Komunitas yang mulanya terbentuk karena kesenian kecak ini menguatkan garapannya melalui unsur tari, drama, dan nyanyian. 
 
Sehingga garapannya pun layaknya sebuah drama musikal. Sebagai ketua komunitas, Gus Dwi pun berharap segala ilmu yang didapatkan di dalam komunitas, hendaknya dapat dijadikan sebagai sebuah pembelajaran hidup. “Apapun yang mereka dapatkan di sini dapat menjadi bahan pendewasaan mereka,” terang Gus Dwik. Tak hanya itu, baik Gus Dwik maupun Tilem tetap berharap agar Mahalango senantiasa menjadi wadah berkreasi, yang hingga kini masih merindukan publikasi. 
 
“Publikasinya semoga bisa lebih luas lagi, agar lebih ramai lah,” ucap Tilem Pastika. (bbn/rls/rob)
Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami