Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comKoster: Kelestarian Tenun Pegringsingan Harus Dilindungi Dari Hulu ke Hilir
Selasa, 13 Maret 2018,
17:25 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, KARANGASEM.
Beritabali.com.Karangasem. Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) menggelar kampanye di sejumlah titik di Kabupaten Karangasem. Salah satunya, Koster yang didampingi Cok Ace berdialog dengan pengrajin tenun Pegringsingan di Desa Tenganan.
[pilihan-redaksi]
Di desa tertua di Bali itu kandidat yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PAN, PPP, PKB dsn PKPI itu melihat secara langsung proses penenunan kain yang tersohor itu. Koster-Ace juga mendapat penjelasan langsung dari pemilik kerajinan, Nengah Wartawan.
Di desa tertua di Bali itu kandidat yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PAN, PPP, PKB dsn PKPI itu melihat secara langsung proses penenunan kain yang tersohor itu. Koster-Ace juga mendapat penjelasan langsung dari pemilik kerajinan, Nengah Wartawan.
Kepada Koster, Wartawan bercerita jika proses penenunan membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Sementara untuk proses pewarnaan memakan waktu yang cukup lama. Untuk membuat satu warna, misalnya warna merah, dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Proses pewarnaannya juga tak bisa langsung seketika, melainkan per triwulan sekali. "Kalau langsung nanti warnanya bercampur dengan warna yang lain. Makanya tiga bulan sekali agar kering dulu, baru diwarnai lagi," tutur Wartawan, Senin (12/3).
Sementara itu, yang paling krusial dari penenunan ini adalah bahan baku. Untuk warna, bahan bakunya diambil dari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. "Di sana yang terbaik, karena pewarnaan ini dari bahan alami yaitu buah mengkudu dan di sanalah yang terbaik, karena buah mengkudu di sana tumbuh di atas batu kapur," jelas Wartawan.
Sementara untuk proses dari awal hingga menjadi kain tenun, Wartawan mengaku diperlukan waktu sekitar dua tahun. "Tergantung juga pada panjangnya kain. Minimal dua tahun dari nol sampai jadi kain. Rata-rata kain tenun di sini menyimbolkan laki-laki dan perempuan," katanya.
Sementara itu, Wayan Koster memastikan agar kain tenun Pegringsingan wajib dilestarikan. "Ini harus dilindungi," tegasnya. Menurut dia, demi kelestarian kain tenun Pegringsingan maka harus diatur mulai dari hulu hingga hilir.
[pilihan-redaksi2]
"Ini harus dari hulu hingga ke hilir diurusi. Hulunya itu kan menjamin ini bisa terus berjalan seperti kebutuhan bahan baku akan benangnya, pewarnanya dan lainnya. Begitu juga dihilir harus dipastikan dengan baik," tutur Koster.
"Ini harus dari hulu hingga ke hilir diurusi. Hulunya itu kan menjamin ini bisa terus berjalan seperti kebutuhan bahan baku akan benangnya, pewarnanya dan lainnya. Begitu juga dihilir harus dipastikan dengan baik," tutur Koster.
Koster mendapat informasi dari Wartawan jika bahan baku pewarna yakni buah mengkudu mulai hampir sulit dicari. Penyebabnya tak lain karena alih fungsi lahan yang terjadi secara massif di mana-mana. Ke depan, Koster mengusulkan agar dibuat perkebunan yang khusus menanam buah mengkudu agar tenun Pegringsingan tak punah. (bbn/rls/rob)
Berita Karangasem Terbaru
Berita Premium
Reporter: -
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Senin, 22 September 2025

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Sabtu, 20 September 2025

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Sabtu, 23 Agustus 2025

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
Jumat, 30 Mei 2025

29 Pasangan Ikuti Nikah Massal di Pengotan
Kamis, 15 Mei 2025