Mangku Pastika dan Puspayoga

Kuta

Rabu, 25 Juni 2008, 08:09 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Made Mangku Pastika lahir di Desa Sanggalangit Buleleng pada 22 Juni 1951 dari pasangan I Ketut Meneng dan Ni Nyoman Kinten. Mangku Pastika merupakan anak kedua dari 6 bersaudara.

Sejak kecil, Made Mangku Pastika sudah akrab dengan kata miskin dan kemelaratan. Tahun 1963, pasca meletusnya Gunung Agung, ia sudah diajak keluarganya untuk bertransmigrasi ke Bengkulu.

Ayah dari Mangku Pastika, Ketut Meneng, ingin mengabdikan dirinya bagi dunia pendidikan di Bengkulu, meski saat itu ia sudah menjadi Wakil Pemilik Sekolah Dasar di Seririt Buleleng.

Di Bengkulu, Mangku Pastika hidup dalam kemiskinan. Niat kuat untuk bisa bersekolah akhirnya mengantarnya hingga ke Kota Bengkulu. Di kota ini Mangku Pastika bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Tionghoa, meski usianya masih amat belia.

Pengalaman menjadi pembantu rumah tangga bagi seorang anak yang berumur 12 tahun, serta jauh dari kedua orang tua di daerah yang sangat asing dengan Budaya yang sangat berbeda, telah membentuk karakter Mangku Pastika menjadi pribadi yang meyakini kerja keras dan disiplin untuk mencapai sukses.

Dengan kemauan yang keras, Mangku Pastika akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya di SD No. 3 Bubunan.

Pendidikan SMP dilanjutkan di SMP IV Palembang dan pendidikan SMS dilanjutkan di SMS Negeri II Palembang. Setelah menamatkan pendidikan di SMA negeri II Palembang, Mangku Pastika mencoba melamar di AKABRI kepolisian, mengikuti jejak langkah langkah teman-teman sekolahnya, meskipun cita-cita awalnya ingin menjadi seorang guru seperti ayahnya.

Mendengar bahwa pendidikan di AKABRI adalah gratis dan bahkan akan mendapat uang saku,Mangku Pastika sebagai remaja yang hidup prihatin dan sederhana serta terbatas kemampuan ekonominya, berpikir pragmatis: yang penting dapat bersekolah secara gratis.

Setelah melalui berbagai tes ,ujian dan seleksi yang sangat ketat, Mangku pastika akhirnya diterima sebagai calon Taruna AKABRI Polisi dan selanjutnya menjalani pendidikan selama 4 (empat) tahun di Magelang dan Sukabumi.

Mangku Pastika pendidikan menamatkan AKABRI Polisi pada tahun 1974 dan melanjutkan latihan Brimob/Pelopor di Kelapa Dua,Bogor sampai pertengahan tahun 1975.

Penugasan pertama Mangku Pastika di dunia kepolisian adalah adalah sebagai Komandan Peleton 1 Kompi I,Batalyon B, Brimob Polda Metro Jaya yang berkedudukan di kelapa dua, Bogor.

Beberapa bulan kemudian, yaitu pada tanggal 05 Desember 1975, Mangku Patika beserta batalyonnya bertugas ke Timor Portugis (Timor-Timur). Mangku Pastika bertugas di Timor Portugis sampai Juli 1976, sesaat sebelum Timor Portugis bergabung dengan Republik Indonesia dan menjadi Propinsi ke-27 dengan nama propinsi Timor-Timur.

Sekembalinya dari Timor Timur,Mangku Pastika kembali bertugas di Kesatuan Brimob di Jakarta.

Pada tanggal 23 februari 1977, Mangku Pastika menikah dengan Ni Made Ayu Putri, adik Brigjen Pol. Made Swardana (rekan satu angkatannya di AKABRI). Dari pernikahan ini ia dikaruniai 3 orang anak.

Pada oktober1977, Mangku Pastika mendapat tugas baru sebagai ajudan menteri Pertahanan & Keamanan/Panglima ABRI, Jendral TNI Maraden pengabean, selama 4 (empat) tahun.

Penugasan menjadi ajudan Menteri ini berakhir ketika Mangku Pastika harus melanjutkan pendidikan ke PTIK untuk dapat meniti karir selanjutnya di lingkungan Polri.

Mangku Pastika menyelesaikan pendidikan di PTIK pada tahun 1984 dengan predikat lulusan terbaik dan selanjutnya bertugas di Polda metro jaya sebagai Kepala Sub. Dinas pencurian berat, Direktorat Reserse.

Tugas pokoknya adalah menangani kasus-kasus pencurian, perampokan,dan kejahatan keras lainnya. Satuannya terkenal dengan nama TEKAB (Tim Khusus Anti Bandit) yang bertugas siang malam di seantero Jakarta dan sekitarnya.

Dalam tugasnya, TEKAB melumpuhkan kelompok-kelompok penjahat kelas berat yang sering mengacaukan Jakarta Raya. Penugasan berikutnya adalah sebagai Kepala Unit Harat Benda Ditserse Polda Metro Jaya.

Selanjutnya Mangku Pastika diberi kepercayaan untuk menjabat Kapolsek Tambora Jakarta Barat sampai akhir 1987.

Selanjutnya Pastika pindah ke Ditserse Mabes Polri sebagai satuan penyidik Vice Control.

Pada tahun 1988, Mangku Pastika ditugaskan untuk ambil bagian pada misi pemeliharaan perdamain PBB di Namibia, Afrika Barat Daya, sebagai anggota kontigen Garuda IX selama 9 (sembilan) bulan. Di Namibia, Pastika bertugas di distrik Windhoek (ibukota Namibia) sebagai Commander untuk wilayah Katutura dan Komasdal.

Wilayah ini adalah wilayah yang senantiasa bergolak , karena merupakan basis kekuatan pro-independen dan kediaman para pemimpin kulit hitam,termasuk calon Presiden Namibia, Sam Nujona.

Penugasan di Namibia ini memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi Pastika karena mendapat kesempatan untuk bergaul dan memimpin para polisi dari Berbagai bangsa dan negara.

Sekembalinya dari Namibia, Pastika mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di SESKOAD (sekolah staf dan komando Angkatan darat) di Bandung pada 1990-1991 (selama 11 bulan).

Usai menempuh pendidikan di SESKOAD, Pastika bertugas di Ujung Pandang, sebagai Kepala Bagian Reserse Ekonomi, Polda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara kurang lebih 8 (delapan) bulan.

Selanjutnya, pada akhir 1992 Pastika kembali bertugas di Mabes Polri sebagai kepala Satuan Penyidik Perbankan. Pada tahun itu pula Pastika mendapat kesempatan untuk melaksanakan pelatihan di Cranfild Inggris, tentang Counter Disaster, yang kemudian ternyata sangat berguna dalam menangani berbagai krisis atau dalam penugasannya selanjutnya.

Pada pertengahan 1993 Mangku Pastika kembali mendapat kesempatan belajar ke luar negeri yaitu ke Australia, di AFP College, Camberra dengan pokok bahasan Management of Serious Crime.

Selama di sekolah ini, Pastika menimba ilmu bersama para perwira senior AFP (Australia Federal Police) antara lain Mick Keetly, yang sekarang menjabat sebagai Commisioner AFP.

Hubungan baik dengan para perwira AFP ini ditambah dengan ilmu penyidikan kasus-kasus besar dan serius yang di pelajari di AFP Management College, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengungkapan dan penyidikan kasus bom Bali dan kasus-kasus terorisme yang lain.

Jabatan selanjutnya yang pernah diemban Pastika antara lain Kapolres Jakarta Barat (1994-19950), Wakil Asisten perencanaan & Anggaran Kapolda Metro Jaya (1996), hingga menempuh pendidikan di SESKO ABRI (1996-1997).

Tugas Mangku Pastika berikutnya adalah Kepala Departemen Kerjasama Internasional di NCB/ Interpol (1997), Direktur Reserse Ekonomi , Korserse Polri (1997-1999), tugas BKO Polda Tim-Tim (Juni 1999-oktober 1999), dan Direktur Reserse Pidana Tertentu Sekretaris NCB/interpol.

Penugasan Mangku Pastika berikutnya yang cukup berkesan adalah saat menjabat Kapolda Nusa Tenggara Timur pasca kerusuhan di Atambua.

Kapolri saat itu menugaskan Pastika untuk dapat menyelesaikan kasus Atambua yang menewaskan 3 (tiga) petugas UNHCR, pelucutan senjata para Milisi eks Tim-Tim, dan Kasus pengrusakan gedung DPRD NTT dalam waktu yang sesingkat - singkatnya, mengingat Indonesia mendapat tekanan internasional terutama dengan Keluarnya resolusi DK PBB.

Semua tugas berat tersebut terselesaikan dengan baik.DK PBB merasa puas dan resolusi Pun dicabut. Situasi keamanan berangsur-angsur pulih dan kehidupan masyarakat kembali normal.

Setelah bertugas kurang lebih 4 (empat) bulan sebagai Kapolda NTT, kembali terjadi masalah keamanan di Irian Jaya (sekarang papua ). Seluruh Muspida Propinsi (kecuali Gubernur Jaap Salosa tewas dalam suatu kecelakaan pasawat terbang, termasuk Pangdam dan Kapolda Irja (Alm. Irjen Pol. FX. Sumardi).

Di saat bersamaan terjadi penyanderaan terhadap karyawan PT Korindo(ada beberapa orang Korea) oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka, di bawah pimpinan Willem Onde di Wilayah Merauke, Irja.

Kapolri kembali menugaskan Mangku Pastika menuju Irian Jaya untuk menjabat sebagai Kapolda dengan tugas pertama membebaskan para sandera, bekerja sama dengan Pangdam Trikora Mayjen Mahidin Simbolon. Dalam waktu singkat para sandera dapat dibebaskan dalam keadaan selamat.

Selama menjabat Kapolda Papua, Pastika dihadapkan pada beberapa persoalan besar seperti terbunuhnya Ketua Presidium Dewan Papua Theys Eluway pada 10 November 2001, gejolak sosial dan politik sebagai ekses demokratisasi dalam era reformasi, seperti isu nama Papua dan bendera Bintang Kejora, pelanggaran HAM, dan pengurasakan lingkungan hidup, penentangan atas isu Otsus Papua, sampai kepada peristiwa penyerangan terhadap PT Freeport yang mengakibatkan tewasnya 2 (dua) warga Amerika Dan 1 (satu) WNI.

Saat menyidik kasus terakhir inilah, terjadi peristiwa besar Bom Bali 12 Oktober 2002. Ini merupakan momen yang telah mengubah awal hidup seorang Mangku Pastika..

Kapolri waktu itu, Jendral Pol. Drs. Dai Bachtiar memerintahkan Mangku Pastika untuk segera berangkat ke Bali, memimpin penyidikan kasus besar dan menarik Perhatian dunia tersebut. Pastika tiba di Bali pada tanggal 17 Oktober 2002 malam dan langsung ke TKP di Jalan Legian Kuta Bali.

Bersama tim yang di bentuknya yang terdiri dari anggota Polri dari seluruh Indonesia yang berjumlah kurang lebih 500 orang dan 200 polisi / ahli dari mancanegara seperti: Australia, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Jepang, Selandia baru, melaksanakan penyelidikan dan penyidikan secara professional, hingga kasus besar ini akhirnya berhasil dibongkar dan menangkap para pelakunya.


Drs Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga

Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga lahir di Denpasar Bali pada 7 Juli 1965. Pendidikan dasar Puspayoga ditempuh di SD 10 Denpasar kemudian dilanjutkan ke SMP 1 Denpasar dan SMA 1 Denpasar. Setamat SMA, Puspayoga kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Ngurah Rai Denpasar.

Karir politik Puspayoga dimulai dengan menjadi pengurus Desa PDI tahun 1982 hingga menjadi Wakil Ketua DPC PDI Kota Denpasar.

Di bidang organisasi, Puspayoga pernah menjadi Pengurus Sekaa Teruna Teruni Denpasar, Pengurus Senat Mahasiswa Universitas Ngurah Rai hingga menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Denpasar.

Setelah kelahiran PDI Perjuangan, karir politik suami IGA Bintang Dharmawati ini semakin menanjak hingga terpilih sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Bali Kota Denpasar.

Dari Ketua DPC PDIP Kota Denpasar, Ayah satu putra ini akhirnya terpilih sebagai Ketua DPRD Kota Denpasar hingga akhirnya menjadi Walikota Denpasar untuk periode 2000-hingga sekarang. (Berbagai Sumber)
logo

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami