Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Kesuburan Tanah Bali Turun Drastis, Peneliti Unud Dorong Pertanian Organik Terpadu

Sabtu, 18 Oktober 2025, 23:21 WITA Follow
Beritabali.com

beritabali.ist/ Kesuburan Tanah Bali Turun Drastis, Peneliti Unud Dorong Pertanian Organik Terpadu.

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Di balik hamparan sawah yang hijau dan indah, Bali kini menghadapi persoalan serius yang mengancam keberlanjutan pertaniannya. 

Penelitian terbaru dari Pusat Unggulan Penelitian Pertanian Organik dan Manajemen Sumber Daya Lahan Universitas Udayana mengungkapkan bahwa tingkat kesuburan tanah di sejumlah wilayah pertanian di Bali mengalami penurunan drastis.

“Kandungan bahan organik tanah yang seharusnya sekitar lima persen, kini hanya tersisa sekitar satu persen saja,” jelas Ketua pusat tersebut, Prof. Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S., Sabtu (18/10/2025) saat dikonfirmasi di Badung.

Kondisi tersebut, kata Prof. Kartini, menjadi alarm bagi masa depan pertanian Bali. Tanah kehilangan banyak unsur penting baik makro maupun mikroorganisme, termasuk cacing tanah yang berperan menjaga keseimbangan ekosistem di bawah permukaan.

Untuk menekan laju degradasi lahan, tim peneliti Universitas Udayana mendorong penerapan sistem pertanian konservatif, di antaranya penggunaan tanaman penutup tanah, penerapan sistem tumpang sari antara tanaman leguminosa dan non-leguminosa, serta pengelolaan air yang lebih efisien.

Selain pendekatan biologis, inovasi berbasis teknologi juga mulai diterapkan. Pusat riset mengembangkan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geospasial guna memetakan kondisi kesuburan lahan secara real time.

Inovasi unggulan lain yang dikembangkan adalah sistem pertanian organik terpadu SaBiCaITaLa, yang menggabungkan potensi sapi, biogas, cacing tanah, ikan, tanaman organik, dan lebah untuk menjaga kesuburan tanah sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

“Rehabilitasi lahan harus dimulai dari bawah. Kami mendorong penggunaan pupuk organik, mikroorganisme, serta tanaman yang tahan terhadap kondisi lahan terdegradasi,” tambah Prof. Kartini.

Ia menekankan bahwa upaya menjaga keberlanjutan pertanian di Bali tidak bisa hanya dibebankan pada petani. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah daerah, lembaga riset, swasta, dan masyarakat harus bersinergi dalam kebijakan, edukasi, serta penerapan pertanian berkelanjutan.

Menurutnya, keberhasilan program ini nantinya bisa dilihat dari meningkatnya produktivitas lahan, menurunnya penggunaan pupuk kimia, serta kembalinya populasi cacing tanah sebagai indikator tanah sehat.

Selain riset, Universitas Udayana juga menyiapkan generasi muda petani organik melalui pendidikan, pelatihan, dan program magang di bidang pertanian berkelanjutan. Mahasiswa didorong menjadi pelaku aktif dalam transformasi pertanian hijau di Bali.

“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Tanah yang subur adalah napas bagi ketahanan pangan dan masa depan Bali,” pungkas Kartini.

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami