Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan
Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Kesuburan Tanah Bali Turun Drastis, Peneliti Unud Dorong Pertanian Organik Terpadu
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Di balik hamparan sawah yang hijau dan indah, Bali kini menghadapi persoalan serius yang mengancam keberlanjutan pertaniannya.
Penelitian terbaru dari Pusat Unggulan Penelitian Pertanian Organik dan Manajemen Sumber Daya Lahan Universitas Udayana mengungkapkan bahwa tingkat kesuburan tanah di sejumlah wilayah pertanian di Bali mengalami penurunan drastis.
“Kandungan bahan organik tanah yang seharusnya sekitar lima persen, kini hanya tersisa sekitar satu persen saja,” jelas Ketua pusat tersebut, Prof. Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S., Sabtu (18/10/2025) saat dikonfirmasi di Badung.
Kondisi tersebut, kata Prof. Kartini, menjadi alarm bagi masa depan pertanian Bali. Tanah kehilangan banyak unsur penting baik makro maupun mikroorganisme, termasuk cacing tanah yang berperan menjaga keseimbangan ekosistem di bawah permukaan.
Untuk menekan laju degradasi lahan, tim peneliti Universitas Udayana mendorong penerapan sistem pertanian konservatif, di antaranya penggunaan tanaman penutup tanah, penerapan sistem tumpang sari antara tanaman leguminosa dan non-leguminosa, serta pengelolaan air yang lebih efisien.
Selain pendekatan biologis, inovasi berbasis teknologi juga mulai diterapkan. Pusat riset mengembangkan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geospasial guna memetakan kondisi kesuburan lahan secara real time.
Inovasi unggulan lain yang dikembangkan adalah sistem pertanian organik terpadu SaBiCaITaLa, yang menggabungkan potensi sapi, biogas, cacing tanah, ikan, tanaman organik, dan lebah untuk menjaga kesuburan tanah sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
“Rehabilitasi lahan harus dimulai dari bawah. Kami mendorong penggunaan pupuk organik, mikroorganisme, serta tanaman yang tahan terhadap kondisi lahan terdegradasi,” tambah Prof. Kartini.
Ia menekankan bahwa upaya menjaga keberlanjutan pertanian di Bali tidak bisa hanya dibebankan pada petani. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah daerah, lembaga riset, swasta, dan masyarakat harus bersinergi dalam kebijakan, edukasi, serta penerapan pertanian berkelanjutan.
Menurutnya, keberhasilan program ini nantinya bisa dilihat dari meningkatnya produktivitas lahan, menurunnya penggunaan pupuk kimia, serta kembalinya populasi cacing tanah sebagai indikator tanah sehat.
Selain riset, Universitas Udayana juga menyiapkan generasi muda petani organik melalui pendidikan, pelatihan, dan program magang di bidang pertanian berkelanjutan. Mahasiswa didorong menjadi pelaku aktif dalam transformasi pertanian hijau di Bali.
“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Tanah yang subur adalah napas bagi ketahanan pangan dan masa depan Bali,” pungkas Kartini.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/aga
Berita Terpopuler
Pedagang Pasar Kumbasari Cemas Tukad Badung Meluap Lagi
Dibaca: 666 Kali
Gudang BRI Ubud Ambruk Akibat Longsor
Dibaca: 632 Kali
Salak Karangasem Resmi Jadi Warisan Pertanian Dunia versi FAO
Dibaca: 620 Kali
Klarifikasi PHDI Soal Seleksi Rektor UNHI
Dibaca: 614 Kali
ABOUT BALI
					Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
					Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
					Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
					Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem