Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan
Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Sensasi Ayunan Jantra di Badung, Wahana Tradisional yang Selalu Ditunggu
BERITABALI.COM, BADUNG.
Di tengah gempuran wahana modern, ada satu permainan tradisional yang tetap mencuri hati, Ayunan Jantra, si ayunan raksasa yang hanya muncul di momen-momen sakral seperti Galungan, Kuningan, dan tahun baru.
Terletak di Banjar Alangkajeng, Desa Mengwi, Badung, wahana ini menjadi magnet bagi anak-anak hingga remaja, bahkan dari luar wilayah.
Ayunan legendaris berbahan kayu ini masih berdiri kokoh meski usianya telah puluhan tahun. Dengan dua tiang tinggi menopang delapan dudukan, ayunan ini tetap jadi primadona setiap kali dibuka.
“Saya dari kecil selalu main ke sini. Rasanya tetap seru, apalagi pas diputar,” kata Widya, siswi SMP asal Tabanan.
Sensasi utama datang bukan hanya dari duduk dan berputar 10 kali, tapi dari kekuatan empat pria dewasa yang memutar ayunan secara manual dari poros tengah.
Mereka mendorong dan menarik tiang-tiang raksasa dengan tangan dan kaki, memberi sentuhan manusia yang membuat wahana ini terasa lebih istimewa.
Sore itu, petugas sempat menunggu lama hingga ada anak-anak yang datang. Setelah delapan kursi terisi, ayunan mulai dimainkan dan langsung mengundang kerumunan.
Tiketnya hanya Rp5.000 sekali putar, tapi antusiasme membuat banyak anak membayar berkali-kali demi menikmati sensasi “terbang” tradisional.
“Agak deg-degan karena kencang banget,” kata Prapti, remaja yang ikut mencoba.
Campur aduk ekspresi, antara tawa, teriakan, dan sorakan, menambah semarak suasana. Sementara di bawah, sanak-saudara ikut menyemangati.
Baca juga:
Ayunan, Arena Hiburan Tak Lekang Jaman
Menurut salah satu petugas, Made Sandra, ayunan ini sengaja hanya dibuka pada hari-hari besar agar tetap eksklusif dan tidak membosankan.
“Yang bikin istimewa karena masih pakai tenaga manusia, bukan mesin. Tapi tetap aman, ada sabuk pengamannya,” ujarnya.
Ayunan Jantra bukan sekadar hiburan. Ia simbol kegembiraan masa kecil dan bukti bahwa tradisi bisa tetap hidup, asalkan diberi ruang untuk dirayakan.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/aga
Berita Terpopuler
6.532 Warga Turun ke Jalan, Tabanan Gelar Grebeg Sampah Serentak
Dibaca: 6120 Kali
Pelajar Tabanan Raih Prestasi Nasional FLS2N 2025, Bupati Sanjaya Bangga
Dibaca: 4998 Kali
Turis Somalia Ngamuk Tuduh Sopir Curi HP, Ternyata Terselip di Jok Mobil
Dibaca: 4431 Kali
Gudang BRI Ubud Ambruk Akibat Longsor
Dibaca: 4265 Kali
ABOUT BALI
Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem