Pembangunan Jalan Baru di Bali Jangan Korbankan Sawah Petani
Senin, 18 Januari 2016,
07:05 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Pertumbuhan kendaraan yang tak diimbangi dengan pertambahan ruas jalan mengakibatkan tingkat kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas makin parah. Tak hanya terjadi di basis-basis kemacetan di kawasan Kota Denpasar, Badung, dan kawasan wisata seperti Kuta, ancaman akan krodit-nya situasi lalulintas juga mulai dirasakan di beberapa kota penyangga seperti Tabanan dan Gianyar.
Malah, bayang-bayang kemacetan panjang sudah di depan mata. Saatnya Bali memiliki interkoneksitas serta management jalan yang baik. Gagasan pembangunan jalan layang (fly over) bisa jadi salah satu solusi mengurangi kemacetan, selain underpass yang telah dikerjakan.
Kasubdit Informasi dan Komunikasi Bina Marga, Ir. Susalit Alius CES pun menggelontorkan ide brilian yaitu pembangunan jalan layang di atas persawahan. Baginya, melihat realita tingkat kemacetan, pembangunan jalan layang di atas persawahan sangat memungkinkan. “Buktinya kita bisa membangun jalan tol di atas laut/hutan mangrove, kenapa yang di atas persawahan tidak bisa.
Selain mengurangi macet, intinya untuk mengindari alih fungsi lahan yang selama ini kerap terjadi dan tetap menjaga ruang hijau publik,”urai Susalit.
Sebagai orang Bina Marga tandasnya, penyediaan jaringan jalan menjadi tanggung jawab utama. Namun tetap memperhatikan pertumbuhan kanan kiri jalan dari maraknya bangunan yang tidak semestinya. “Lahan di Bali semakin tipis, sementara jaringan jalan tetap dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.
Satu- satunya cara agar tidak merubah alih fungsi jalan adalah jalan layang di atas persawahan, ”terangnya.
Jalan di atas persawahan menurut Susalit tak selamanya di atas. Bila bertemu dengan daerah pemukiman warga, akan turun ke jalan utama. Ditanya daerah mana saja yang memungkinkan dikembangkan jalan layang di atas sawah yaitu Kabupaten Gianyar, meski hanya untuk akses. Artinya, dua manfaat dapat dirasakan masyarakat; mengurangi kemacetan dan mempertahankan lahan agar tidak beralih fungsi. Sedangkan, pertanian tetap berjalan tanpa terganggu dengan adanya jalan layang. Soal pembebasan lahan, akan sangat berkurang sehingga dapat meminimalisir dampak-dampak yang muncul di masyarakat.
Ide Susalit sempat disampaikan saat kunjungan kerja DPRD Bali ke Jakarta dan mendapat respon positif anggota dewan. Dampak positif dari pembangunan jalan layang di atas sawah dapat dijadikan daya tarik wisata. Meski sebatas wacana, sebaiknya Pemerintah daerah (Pemda) bersama DPRD Provinsi Bali mulai memberikan pemahaman serta sosialisasi kepada masyarakat.
“Intinya kita membangun tetapi tetap harus menjaga kelestarian adat budaya masyarakat setempat. Jika ide ini dapat mendukung pembangunan Nasional nantinya akan dibahas pada level penentu kebijakan. Tidak bisa dipungkiri saat ini di Bali sudah terjadi kemacetan parah dimana-mana, sehingga harus dicarikan solusi untuk mengatasinya.
Bagaimanapun kita harus melihat Bali secara komprehensif sebagai daerah wisata, dimana pertumbuhan wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya tentu memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Kita juga harus melihat fakta yang terjadi setiap harinya saat ini. Mau tidak mau kapasitas jalan sebagai penunjang harus ditingkatkan,”papar Susalit.
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/psk